06.50
0

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
  Indonesia merupakan negara agraris di mana mata pencaharian masyarakat sebagian besar adalah sebagai petani. Selain itu Indonesia dikenal dengan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar yang memiliki sumberdaya alam yang beraneka ragam dan potensial. Sumber daya alam ini meliputi hutan, tanah dan air dimana merupakan kekayaan alam yang perlu dimanfaatkan, dan diolah sebaik–baiknya sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.
Pertanian di Indonesia sangat menunjang perekonomian bangsa Indonesia. Kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak merupakan potensi dalam perkembangan pertanian di Indonesia. Pada kenyataannya Indonesia sampai saat ini belum mampu memanfaatkan potensi tersebut secara optimal. Salah satu faktor yang menyebabkan kurang majunya pertanian di Indonesia adalah masih banyak petani yang menggunakan cara tradisional secara turun temurun sehingga mereka belum mengenal apa yang dinamakan teknologi baru di bidang pertanian yang dapat meningkatkan produktivitas usahatani dan pendapatan petani.
Ilmu Ekonomi Pertanian termasuk dalam kelompok ilmu–imu kemasyarakatan, ilmu yang mempelajari perilaku dan upaya serta hubungan antar manusia. Perilaku yang dipelajari bukanlah hanya mengenai perilaku manusia secara sempit, misalnya perilaku petani dalam kehidupan pertaniannya, tetapi mencakup persoalan ekonomi lainnya yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan produksi, pemasaran dan konsumsi petani atau kelompok-kelompok petani.
Ilmu ekonomi pertanian berkembang di Indonesia. Perkembangan ilmu ekonomi pertanian di Indonesia nyaris paralel dengan era perubahan teknologi pertanian dan Revolusi Hijau, yang membawa peningkatan produksi pangan secara gemilang. Sebagaimana diduga, fokus utama kajian ekonomi pertanian pada waktu itu adalah upaya peningkatan produksi pangan karena Indonesia yang baru lepas dari penjajahan, masih menghadapi persoalan kelaparan yang sangat mengkhawatirkan.
 Salah satu ciri khas perkembangan ilmu ekonomi pertanian di Indonesia adalah “kedekatannya” dengan teori-teori pembangunan pertanian, yang kebetulan dibawa oleb para ilmuwan Amerika. Pembangunan ekonomi masyarakat desa perlu diutamakan karena kita tahu bahwa banyak sumbangan masyarakat desa bagi perekonomian negara, terutama bagi pendapatan nasional dan pembangunan nasional berupa potensi sumberdaya alam maupun dari sumberdaya manusianya. Sedangkan dari usahatani yang dijalankan oleh masyarakat pedesaan pada umumnya berupa budidaya tanaman pangan terutama padi dan palawija yang merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat.
Keadaan perekonomian masyarakat desa yang mayoritas petani ini cukup menarik untuk dikaji, apalagi dalam kondisi keterpurukan ekonomi Indonesia saat ini. Mahasiswa perlu mengetahui secara langsung keadaan petani baik dari segi ekonomi maupun dari segi kegiatan pertaniannya.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan batasan-batasan yang bertujuan untuk memusatkan permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik Desa Peleman  Kecamatan Gemolong  Kabupaten Sragen?
2. Bagaiman karakteristik rumah tangga petani di Desa Peleman Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen?
3. Berapa besar pendapatan, tabungan, konsumsi, investasi rumah tangga petani dan strategi bertahan hidup di Desa Peleman Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen dan strategi untuk bertahan hidup?
C. Tujuan Praktikum Ekonomi Pertanian
       Tujuan Praktikum Ekonomi Pertanian:
1. Untuk mengenalkan mahasiswa tentang karakteristik di Desa Peleman Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen.
2. Untuk mengenalkan karakteristik rumah tangga petani di Desa Peleman Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen.
3. Untuk melatih mahasiswa menganalisis konsumsi, tabungan, serta investasi oleh rumah tangga petani serta strategi bertahan hidup.
D. Kegunaan Praktikum Ekonomi Pertanian
       Kegunaan Praktikum Ekonomi Pertanian:
1. Bagi pemerintah Kabupaten Sragen, hasil praktikum ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dari mahasiswa mengenai kondisi dan karakteristik pedesaan serta kehidupan rumah tangga petani di Kecamatan Gemolong, Sumberlawang, Miri, Kalijambe, dan Plupuh.
2. Bagi Fakultas Pertanian UNS, hasil praktikum ini diharapkan dapat mendukung kelengkapan dalam penerapan kurikulum pendidikan pertanian.
3. Bagi mahasiswa, untuk menambah wawasan tentang ekonomi pertanian dan sebagai persyaratan dalam menempuh mata kuliah Ekonomi Pertanian di semester 1.




TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Pedesaan
Sifat masyarakat di wilayah pedesaan dan kondisi wilayahnya pada umumnya memiliki perbedaan dengan sifat masyarakat dan kondisi wilayah perkotaan.  Perbedaan ini berimplikasi pula pada pola dan strategi yang akan diterapkan untuk pelaksanaan pembangunan di wilayah tersebut.  Oleh karena itu, untuk dapat merumuskan kebijaksanaan pembangunan yang sesuai dan strategi yang tepat di pedesaan, berbagai karakteristik yang terkait dengan wilayah pedesaan perlu dipahami dengan baik.  Dalam uraian berikut ini adakan dibahas karakteristik perekonomian pedesaan, kondisi sosial budaya masyarakat pedesaan dan kondisi wilayah dan sumberdaya pedesaan
(Luthfifatah, 2008).
Masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata dan lainnya. Akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian (Yuniastuti, 2001).
Topografi lahan menggambarkan penggunaan lahan pertanian yang didasarkan pada tinggi tempat. Untuk tanah dikategorikan sebagai lahan dataran pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi. Pembagian klasifikasi menurut topografi ini juga menggambarkan macam usaha pertanian yang diusahakan oleh penduduk bertempat tinggal di sekitar lokasi itu, misalnya di dekat pantai diusahakan usaha perikanan seperti usaha tambak ikan. Dataran rendah mungkin dapat diklasifikasikan menjadi dataran rendah yang beririgasi dan tidak beririgasi atau lahan tegalan di dataran rendah (Dumairy, 2001).
Desa diawali dari manusia yang hidup bergerombol baik dalam satu lingkungan yang besar atau kecil dan bertempat tinggal pada tempat tertentu. Segala perkembangannya yang mereka alami, dan pertumbuhan jumlah jiwa yang semakin banyak kemudian mulai dipikirkan masalah keamanan dan tata tertib pergaulan sesamanya dengan maksud untuk memelihara ketentraman serta tatanan hidup yang harmonis dan pantas sebagai keluarga besar (Kusnaedi, 2005).
Karakteristik umum wilayah pedesaan di Indonesia adalah wilayah yang masih tertinggal laju pembangunannya dibandingkan dengan wilayah perkotaan namun masih merupakan tempat tinggal bagian terbesar penduduk Indonesia. Fenomena ketertinggalan laju pembangunan di wilayah pedesaan menyangkut isu kemiskinan, ketimpangan, dan ketidakadilan social (Surya, 2007).
B. Pertanian dan Produktivitas Usahatani
Produktivitas usahatani yang dicapai, dipengaruhi oleh kualitas lahan garapan petani. Pada tingkat teknologi yang sama, baik dalam jenis varietas yang digunakan maupun kualitas usahatani yang diterapkan pada produktivitas usahatani dapat bervariasi antar daerah akibat perbedaan kualitas lahan (Maulana, 2004).
Usahatani yang produktif berarti usaha tani yang memiliki produktivitas yang tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha atau konsepsi fisik dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi atau output yang dapat diperoleh dari suatu kesatuan input. Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Jadi secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi atau usaha dengan kapasitas dalam hal ini adalah tanah (Arifin, 2001).
Sifat khusus dari masyarakat petani adalah mempunyai hubungan dengan tanah dengan ciri spesifik produksi pertanian berakar pada keadaan khusus petani. Usahatani keluarga merupakan satuan dasar pemilikan, produksi, konsumsi dan kehidupan sosial petani, kepentingan pokok pekerjaan dalam menentukan kedudukan sosial, peranan, serta kepribadian petani dikenal secara baik oleh masyarakat bersangkutan. Struktur sosial desa merupakan keadaan khusus bagi daerah tertentu dan waktu tertentu; masyarakat petani merupakan sebuah kesatuan sosial pra-industri yang memindahkan unsur-unsur spesifik struktur sosial-ekonomi dan kebudayaan lama ke dalam masyarakat kontemporer (Triyono et al., 2002).
Melalui peningkatan produksi, produktivitas, dan pendapatan usahatani, perbaikan distribusi serta kualitas konsumsi dan gizi masyarakat, akan tercapai meningkatnya ketersediaan pangan dalam jumlah dan mutu yang cukup dengan tingkat distribusi dan harga yang terjangkau oleh masyarakat sepanjang waktu (Anonim, 2002).
Petani alam hal sarana produksi, masih menemui masalah mahalnya harga saprodi atau sarana produksi pertanian (pupuk, pestisida, benih dan obat-obatan). Kondisi ini berdampak pada biaya produksi yang akhirnya menjadikan pendapatan petani rendah, sulit berkembangnya usaha tani yang baik dan bermutu, rendahnya produksi dan produktivitas pertanian dan ketergantungan petani yang tetap tinggi terhadap pemakaian asupan dari luar (Anonim, 2007).
C. Pendapatan Petani Pedesaan
Pendapatan rumah tangga diperhitungkan dari seluruh pendapatan yang diperoleh rumah tangga dari berbagai ragam sumber pendapatan, yang terinci pendapatan non pertanian dan sektor pertanian dalam waktu satu tahun. Pendapatan pertanian meliputi pendapatan dari usaha pangan dan tanaman keras, usaha ternak dan buruh tani. Sedangkan pendapatan non pertanian berasal dari pendapatan dari luar pertanian dan pendapatan lain (Sumodiningrat, 2000).
Secara umum sumber pendapatan petani bersumber dari dua macam, yaitu dari pertanian dan non-pertanian. Pendapatan dari pertanian terdiri dari hasil usahatani sendiri dan dari hasil berburuh tani. Sumber pendapatan dari usahatani sendiri adalah dari hasil pertanian yang meliputi komoditas pangan, hortikultura, perkebunan, ternak, dan perikanan. Sedang dari hasil berburuh tani adalah pendapatan dari hasil berburuh tani dari luar kegiatan usahatani sendiri. Pendapatan dari luar usahatani adalah pendapatan yang berasal dari bukan usaha pertanian. Kelompok pendapatan  ini secara garis besar dibagi lima sub sumber pendapatan, yaitu dari hasil perdagangan, menjual jasa (jasa transportasi, jasa kesehatan, jasa alat pertanian, dll), dan kegiatan industri (industri besar, menengah, skala rumah tangga), dari kegiatan berburuh di antaranya adalah dari pertukangan, buruh industri, dan buruh di luar pertanian lainnya (Sudana et all., 2002).
Sumber penghasilan penduduk desa pada umumnya melalui sektor pertanian, yaitu perkebunan, tanaman pangan dan peternakan serta holtikultura. Kegiatan lain dapat berupa usaha sambilan yaitu mencari kayu, berdagang kecil-kecilan di rumah dan menjadi perangkat desa. Pertanian merupakan mata pencaharian pokok masyarakat karena keterbatasan modal, tingkat pendidikan, terbatasnya pengetahuan terhadap pemasaran produk pertanian. Transportasi yang terbatas juga menyebabkan sulitnya petani untuk memasarkan produk mereka ke luar daerah (Syahza, 2001).
Hasil produksi pertanian sendiri masih terbatas dalam pengertian jumlah, mutu, dan kontinuitasnya. Akibatnya pendapatan petani tetap rendah. Masalah itu diperburuk dengan lemahnya posisi tawar petani terhadap pedagang (tengkulak), sehingga harga jual produknya relatif rendah karena ditentukan secara sepihak oleh para pedagang. Ironisnya petani sulit keluar dari situasi ketergantungan terhadap tengkulak ini. Sementara informasi pertanian yang baik dan sistem pemasaran alternatif, yang memberikan keuntungan yang layak bagi petani, belum banyak berkembang            (Anonim, 2008).
Sekitar empat perlima dari pendapatan penduduk desa diperoleh dari kegiatan pertanian tanaman pokok yang mereka kerjakan di lahan yang mereka miliki sementara pendapatan lainnya berasal dari pengumpulan makanan ternak, tanaman obat, dan kayu. Pendapatan masyarakat yang diperoleh dari pertanian lebih kurang sama dengan jumlah yang mereka gunakan untuk keperluan hidupnya sehari-hari (Anonim, 2000).
D. Konsumsi, Tabungan dan Investasi Pertanian
Pola konsumsi dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaannya. Secara garis besar alokasi pengeluaran konsumsi digolongkan ke dalam dua kelompok penggunaan yaitu konsumsi untuk makanan dan konsumsi untuk kelompok bukan makanan
(Fauzi, 2000).
Berdasarkan sensus 1990, lebih dari 60% pengeluaran dikonsumsikan untuk kebutuhan pangan, dimana padi-padian merupakan 23% dari total konsumsi rumah tangga pedesaan dan 11% bagi rumah tangga perkotaan. Telah lebih jauh dengan memisahkan kelompok pendapatan menunjukkan bahwa konsumsi padi-padian kelompok 40% penduduk berpendapatan terendah masih sangat menonjol, yaitu 30% dari total pengeluaran (Anwar et al., 2002).
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Alat penarikan yang digunakan untuk mengambil dana yang tersimpan di dalam simpanan tabungan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Buku tabungan
Buku tabungan adalah buku yang dipegang oleh nasabah, yang diberikan kepada nasabah pada awal menabung. Di dalamnya berisi catatan penambahan dana dan penarikan dana oleh nasabah. Bila nasabah akan menarik dana dengan menggunakan buku tabungan maka nasabah perlu menambahkan slip penarikan, yang dapat dijumpai di bank yang bersangkutan sebagai alat bukti bahwa benar telah terjadi penarikan sejumlah uang tertentu oleh nasabah pada tanggal tertentu.
2. Kartu penarikan
 Kartu penarikan adalah kartu yang dapat digunakan untuk menarik sejumlah dana pada mesin penarikan uang yang telah disediakan oleh pihak bank pada lokasi tertentu, dimana kita lebih mengenal kartu penarikan ini dengan nama ATM (Automated Teller machine).
3. Surat Kuasa
 Surat kuasa adalah surat yang berisi pernyataan nasabah yang memberikan kuasa pada si pemegang surat kuasa yang terdapat tandatangan nasabah dan si pemegang surat kuasa untuk menarik sejumlah dana dari rekening nasabah, selain itu disertakan tanda pengenal si pemegang surat kuasa dan buku tabungan nasabah (Anonim, 2007).
Sekurang-kurangnnya terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasrat menabung rumah tangga, yaitu pendapatan rata-rata dan demonstration effect. Keynes menyatakan bahwa dengan semakin bertambahnya pendapatan, maka hasrat mengkonsumsi rendah. Itu berarti pada sisi lain hasrat menabung rumah tangga semakin tinggi sejalan dengan kenaikan pendapatan. Tabungan rumah tangga pada dasarnya adalah bagian pendapatan rumah tangga yang tidak dibelanjakan untuk konsumsi. Karena umumnya telah disepakati ekonom, bahwa konsumsi rumah tangga dipengaruhi pendapatan rumah tangga, maka tabungan rumah tangga sebagai bagian pendapatan yang tidak dikonsumsikan juga terpengaruh oleh pendapatan rumah tangga (Hermanto dan Yuwono, 2000).




III. METODE PENELITIAN
A. Penentuan Sampel
1.  Sampel Desa
Penentuan lokasi praktikum menggunakan metode purposive sampling. Purposive  sampling adalah penentuan sampel yang dilakukan secara sengaja dan dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dan pertimbangan yang diambil berdasarkan tujuan penelitian. Dengan demikian, pada praktikum kali ini kemudian dipilih Kecamatan Gemolong, Sumberlawang, Miri, Kalijambe, dan Plupuh, Kabupaten Sragen. Penentuan desa juga dilakukan dengan metode purposive yaitu ke Desa Peleman Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen.
2.   Sampel Responden
Penentuan responden berdasarkan status petani (Pemilik ,Penyewa dan Penyakap) di setiap desa terpilih. Wawancara dilakukan dengan menggunakan lembar quisoner yang telah dipersiapkan.
B. Data yang Dikumpulkan
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang di peroleh dari responden secara langsung, yaitu dengan wawancara, dan hasil wawancara ditulis dalam quesioner yang telah disiapkan. Dalam hal ini data primer meliputi identitas keluarga responden, usahatani responden, produksi dan biaya usahatani, total pendapatan responden, kebutuhan konsumsi, serta tabungan dari para responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari suatu instansi (pemerintah desa), bukan dari sumber aslinya yaitu dengan melakukan pencatatan, yang meliputi keadaan alam, kependudukan, keadaan pertanian, sarana dan prasarana sosial ekonomi yang ada di Desa Peleman, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen.
C.   Metode Analisis Data
Data yang telah terkumpul ditabulasi, selanjutnya dianalisis. Penulisan laporan praktikum menyesuaikan petunjuk penyusunan laporan praktikum. Untuk analisis data pada Praktikum Ekonomi Pertanian diperlukan pengetahuan statistik. Sedangkan statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif yaitu distribusi frekuensi. Metode analisis yang digunakan adalah:
1. Analisis Tabulasi silang
Analisis Tabulasi Silang merupakan perluasan dari analisis distribusi relatif dengan menyajikan hubungan antara variabel satu dengan yang lain.
2. Analisis Persentase
Analisis Persentase yaitu data dibagi beberapa kelompok yang dinyatakan dan diukur dalam persentase. Dalam hal cara ini dapat diketahui kelompok mana yang paling banyak jumlahnya yaitu ditunjukkan  dengan persentase yang tertinggi begitu pula sebaliknya.
3. Angka Rata-rata
Analisis Rata-rata yaitu untuk mengetahui tafsiran secara kasar untuk
melihat gambaran dalam garis besar dari suatu karakteristik.
4. Analisis Usahatani
Analisis Usahatani yaitu data berdasarkan analisis dari pendapatan petani yang diperoleh dari penerimaan usahatani dikurangi dengan biaya usahatani.





IV. HASIL DAN ANALISIS DATA
A. Karakteristik Desa
1. Karakteristik Wilayah
Desa Peleman adalah salah satu desa dari 14 desa di Kecamatan Gemolong dan berada di timur laut dari ibukota Kecamatan Gemolong. Topografi tanah di Desa Peleman kebanyakan didominasi tanah datar dengan ketinggian 130 mdpl. Curah hujan di Desa Peleman Kecamatan Gemolong adalah 2220 mm dan lama musim penghujan 112 hari/tahun. Adapun jarak dan lama tempuh kantor desa/kelurahan dengan pusat administrasi lainnya antara lain:
Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat :    5 km
Jarak ke Ibu Kota Kabupaten terdekat :   30 km
Jarak ke Kota Solo :   25 km
Desa Kalamgan memilki batas wilayah yaitu :
Sebelah barat   : Desa Genengduwur
Sebelah utara   : Desa Nganti
Sebelah timur   : Desa Karangasem
Sebelah selatan : Desa Jatibatur
Desa Peleman ini merupakan wilayah penghasil padi, dalam setiap tahunnya terdapat satu musim tanam padi dan satu musim tanam kacang hijau dengan semuannya adalah tanah tadah hujan. Jenis vegetasi yang ada di daerah ini antara lain berupa  jambu, rambutan, dan beberapa tanaman tahunan seperti jati, mahoni, dan gamelina. Selain itu di beberapa lahan digunakan untuk menanam tebu.
Desa ini terdira atas 4047 jiwa dengan 1975 laki-laki dan 2072 perempuan. Luas wilayah desa sebesar 342 ha dengan luas sawah sebesar 139 ha, 29 ha tanah kering, 156 pekarangan/bangunan, dan 18 ha untuk lainnya. Lahan pertanian di Desa Peleman biasanya ditanami selama 2 masa tanam. Hal itu dikarenakan lahan pertanian di Desa Peleman adalah lahan tadah hujan.
2. Penduduk
a. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga
Jumlah penduduk dapat menunjukkan kepadatan penduduk suatu daerah. Semakin padat penduduk suatu daerah, maka lahan pertanian di daerah tersebut akan semakin sempit. Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan cara membagi jumlah penduduk dengan luas daerah.
Berikut ini tabel penduduk dan jumlah rumah tangga di Desa Peleman, Kecamatan gemolong, Kabupaten Sragen menurut data Mapping Desa Peleman, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen tahun 2011


KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
      Berdasarkan hasil praktikum Ekonomi Pertanian yang telah dilaksanakan di Desa Peleman,  Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen. Dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik desa dan rumah tangga responden petani di Desa Peleman,  Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen:
a. Desa Peleman terletak pada dataran rendah dengan ketinggian ± 130 meter di atas permukaan laut.
b. Desa Peleman memiliki luas lahan 342 Ha.
2. Karakteristik rumah tangga Desa Peleman, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen
a. Jumlah penduduk Desa Peleman tahun 2011 adalah 4047 jiwa.
b. Tingkat pendidikan rata-rata orang tua penduduk Desa Peleman hanya tingkat SD dan SMP, sedangkan untuk anak mayoritas adalah SLTA bahkan ada yang sampai perguruan tinggi.
c. Sebagian besar penduduk Desa Peleman bermata pencaharian sebagai petani. Adapun mata pencaharian lain yaitu buruh tani, buruh bangunan, dagang, PNS dan sebagainya.
d. Keadaan bangunan rumah penduduk hampir seluruhnya adalah berdinding tembok dan beratap genting.
e. Seluruh penduduk di Desa Peleman sudah menggunakan penerangan listrik. Sedangkan untuk penggunaan bahan bakar, sebagian besar penduduk sudah banyak yang menggunakan kompor gas, dan ada juga yang masih menggunakan kayu bakar.
f. Bahan pangan pokok penduduk Desa Peleman adalah beras yang umumnya diperoleh dari usahatani sawah sendiri.
g. Hewan ternak yang paling banyak dipelihara oleh adalah ayam kampung.
h. Sebagian besar penduduk sudah menggunakan sepeda motor untuk alat trasportasinya.
3. Besar biaya usahatani, penerimaan, konsumsi, pendapatan, tabungan rumah tangga dan strategi bertahan hidup di Desa Peleman, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen adalah :
a. Biaya usahatani yang dikeluarkan oleh para petani dalam setahun sebesar  Rp 45.172.000,00.
b. Jumlah penerimaan yang diterima oleh para petani dari usahatani  dalam satu tahun sebesar Rp 211.353.000,00.
c. Biaya konsumsi rumah tangga petani, meliputi konsumsi bahan makanan, konsumsi bukan makanan, dan konsumsi pakaian, perumahan, dan lain-lain. Konsumsi totalnya adalah sebesar Rp 93.383.525,00.
d. Pendapatan para petani selama setahun sebesar Rp 166.181.000,00.
e. Tabungan para petani selama setahun ssebesar Rp 158.706.475,00.
f. Strategi bertahan hidup para petani di Desa Peleman diantaranya, aktif bekerja di luar sektor pertanian, memintaq bantuan dari pihak lain, menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan, dan memanfaatkan pekarangan dan lingkungan.
B.  Saran
1. Sebaiknya dibangun sarana dan prasarana yang memadai, seperti jalan desa, dan fasilitas-fasilitas pendidikan seperti gedung sekolah lanjutan seperti SMP dan SMA, karena letak sekolah lanjutan yang ada cukup jauh dari Desa Peleman.
2. Jaringan komunikasi sebaiknya ditambah untuk memperlancar arus komunikasi sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat dan bagi petani pada khususnya.
3. Sebaiknya diadakan penyuluhan-penyuluhan pertanian, yang memberikan informasi kepada petani sehingga petani dapat memaksimalkan hasil dari lahan pertaniannya, untuk memenuhi kebutuhan.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Pendapatan diluar Pertanian Erlangga. Jakarta.
Anonim.2002. Produksi. Erlangga. Jakarta.
Anonim. 2007. Sarana Produksi.PT Rineka Cipta Jakarta.
Anonim. 2008. Produksi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Anwar. 2002. Presentase pengeluaran. UGM Press. Yogyakarta.
Ardiyanto. D.P. 2009. Ilmu Tanah : Pedoman Praktis Identifikasi Tanah. Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah, Jurusan Ilmu Tanah FP-UNS. Surakarta. 22 hal.
Arifin. 2001. Tingkatan Produktivitas. Erlangga. Jakarta.
Dumairy. 2001. Lahan Pertanian.http://scribd.com. Diakses pada tanggal 6 Desember 2011.
Fauzi.2000. Pola Konsumsi.Pradnya Paramita. Jakarta.
Hermanto dan Yuwono. 2000. Tabungan. UGM Press. Yogyakarta.
Kusnaedi. 2005. Desa. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.
Luthfifatah. 2008. Masyarakat Pedesaan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Maulana. 2004.  Produktivitas. UGM Press. Yogyakarta.
Sanchez. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB. Bandung.
Sudana .2002. Sumber Pendapatan Petani. http:// PertanianIND.litbang.deptan.go.id. Di akses pada tanggal 6 Desember 2011.
Sumodiningrat. 2000. Pendapatan Keluarga. Universitas Lampung. Lampung.
Surya. I. 2007. Karakteristik Wilayah Pedesaan. UGM Press. Yogyakarta.
Syahza. 2001. Sumber Penghasilan . Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen P dan K. Jakarta.
Triyono. 2002. Sifat Masyarakat Petani Pedesaan. Akademika Pressindo. Jakarta.
Yuniastuti.2001. Hubungan Masyarakat. Materi Mata kuliah Ilmu Tanah semester I Fakultas Pertanian. UNS. Surakarta.




0 komentar:

Posting Komentar