06.42
0

A. Pencandraan Bentang Lahan    
Tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil alam tanaman dan hewan, yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat tertentu akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak sebagai atau terhadap batuan induk dalam keadaan wilayah tertentu selama jangka waktu tertentu      (Anonim, 2007).
Pembentukan tanah dipengaruhi oleh lima faktor yang bekerja sama dalam berbagai proses, baik reaksi fisik maupun reaksi kimia. Semula dianggap sebagai faktor pembentuk tanah hanyalah bahan induk, iklim, dan matahari. Setelah diketahui mahluk hidup berkembang terus maka faktor ditambah oleh faktor watu. Topografi yang mempengaruhi tata air ditanah dan erosi tanah juga merupakan faktor pembentuk tanah (Darma wijaya, 1990).

Di beberapa tempat ditemui alfisol berada pada daerah-daerah yang berlereng. Meskipun tanah ini mempunyai sifat fisika dan kimia yang baik, bahaya erosi perlu mendapat perhatian karena erosi dapat menyebabkan horizon argilik muncul di permukaan tanah dan tanah menjadi kurang baik (liat terlalu tinggi). Untuk kondisi ini pengolahan lahan perlu mendapat perhatian antara antara lain dengan cara pembuatan terasering (Buckman, 1982 ).

Di daerah beriklim humid di daerah dengan bahan induk yang terlalu muda untuk pembentukan oxisol ditemukan asosiasi ultisol, alfisol, dan entisol. Ditempat yang tinggi yang drainase baik ditemukan tanah adult. Di daerah lereng atas ditemukan aquult karena peresapan air yang rupanya tidak lancar sehingga pengaruh air terhadap sifat tanah cukup nyata. Di lereng bawah/kaki lereng dimana pengaruh air lebih besar dan pencucian basa terhambat ditemukan tanah aqualf sedang disekitar sungai ditemukan tanah fluent (Munir, 1996).

Timbunan makro merupakan permukaan tanah yang dapat kita lihat seluas pandangan kita. Dalam timbunan makro dapat berbentuk datar, yaitu jika dalam permukaan itu tidak menunjukkan kenampakan erosi. Ciri lain dari bentuk datar ini yaitu tidak menjadi tempat penggenangan air atau penimbunan bahan yang dihanyutkan. Pada bentuk landai dapat terjadi erosi maka erosinya tergantung pada sifat-sifat dari tanahnya. Untuk bentuk landai ditandai dengan adanya permukaan cekung sebagai tempat tertimbunnya air dan bahan endapan lain. Bentuk cembung menunjukkan adanya aliran permukaan mengalir ke semua jurusan seolah-olah dari satu pusat. Apabila permukaan itu menunjukkan permukaan yang berbukit-bukit maka disebut bentuk bukit. Bentuk sengkedan dapat terjadi karena relief yang miring (Notohadiprawiro, 1998).

Tanah yang tertutup vegetasi yang tebal selalu mempunyai run off minimum. Pembajakan tanah dapat untuk menghasilkan permukaan tanah yang kasar yang membantu run off, tetapi permukaan tanah yang halus/gundul bila terkena air hujan akan membentuk kulit yang keras dan dapat mengurangi infiltrasi serta tingkat waktu, yaitu waktu yang dibutuhkan bervariasi yang tergantung pada stabilitas struktur tanah. Run off maksimal dari tanah berlereng akan terjadi. Ketika sisa-sisa bahan tertimbun di bawah dan permukaan menjadi lembab (Thomson, 1979).

B. Profil Tanah
Profil tanah adalah urutan susunan horison yang tampak dalam anatomi tubuh tanah. Profil tanah mempunyai tebal yang berlainan, mulai dari yang setipis selaput sampai setebal 10 m. Pada umumnya tanah makin tipis makin mendekati kutub dan makin tebal makin mendekati khatulistiwa (Darmawijaya, 1990).

Tanah terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan-lapisan itu terjadi karena dua hal yaitu adanya pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air dan yang kedua adalah karena proses pembentukan tanah. Proses pembentukan tanah ini dimulai dari proses pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah yang diikuti oleh proses pencampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah, pembentukan tekstur tanah, pemindahan bagian-bagian tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain yang dapat mengasilkan horison-horison tanah (Sarwono, 1987).

Horison tanah digambarkan dalam profil, secara vertikal dan berhubungan satu sama lain. Kadang-kadang batas dua horison sangat jelas dan dapat dikenali dengan sangat baik, sehingga tidak menimbulkan keraguan dan salah paham (Abdullah, 1993).

 Dapat dikatakan semua profil tanah memperlihatkan perubahan warna dari suatu horison ke horison berikutnya. Tampaknya ini paling nyata dalam tanah matang. Dalam tanah muda waktu belum mencukupi untuk menghasilkan deferensiasi horison. Dalam tanah sangat tua deferensiasi horison menghilang karena perlindian dan pelapukan yang telah sangat berlanjut yang cenderung menyama ratakan tampakan diseluruh profil (Notohadiprawiro, 1998).

Alfisol merupakan orde yang dicirikan oleh adanya horison ariglik dan mempunyai kejenuhan basa yang tinggi. Urutan proses pembentukan tanah meliputi pencucian karbonat, pencucian besi, pembentukan epipedon ochric (horison A1), pembentukan horison Aloik dan pengendapan Argilan (Buckman, 1982).

C. Sifat Fisika Tanah
Sifat fisika tanah adalah sifat yang bertanggung jawab atas peredaran udara, bahang, air, dan zat terlarut dalam tanah. Sifat ini sangat beragam dalam tanah tropika, termasuk beberapa yang tidak dikenal di wilayah iklim sedang. Banyak sekali tanah ultisol dan alfisol mudah sekali terkena pengikisan karena perubahan tekstur yang tajam. Beberapa sifat fisika tanah dapat dan memang berubah karena penggarapan tanah. Banyak sifat tanah membusuk akibat pengolahan, membuat tanah menjadi kurang lulus air, dan lebih mudah karena limpasan dan pengikisan (Sanchez, 1992).

Tekstur tanah adalah kehalusan atau kekasaran bahan tanah pada perabaan berkenaan dengan perbandingan berat antar fraksi tanah. Jadi, tekstur adalah ungkapan agihan besar zarah tanah atau proporsi nisbi fraksi tanah. Dalam hal fraksi lempung merajai dibandingkan dengan fraksi debu dan pasir, tanah dikatakan bertekstur halus atau lempungan. Oleh karena tanah bertekstur halus sering bersifat berat diolah karena sangat sulit dan lekat sewaktu basah dan keras sewaktu kering, tanah yang dirajai fraksi lempung juga disebut bertekstur berat (Notohadiprawiro, 1998).

Tanah bertekstur halus didominasi oleh liat, sehingga memiliki permukaan yang lebih luas bila dibandingkan dengan yang bertekstur kasar, sehingga kapasitas absorbsi unsur hara lebih banyak dan lebih subur. Mikropouse pada tanah bertekstur halus sebagai retensi air, dan makropouse pada tanah bertekstur kasar mempunyai fungsi sebagai gerakan udara dan air (Sutarman, 1993).

Tekstur tanah menunjukan kasar atau halusnya suatu tanah, teristimewa tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu, dan tanah liat atau kelompok partikel lain yang ukurannya lebih kecil dari kerikil (diameter kurang dari 2 mm). pada beberapa jenis tanah, kerikil, batu dan batuan induk dari lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi                                    penggunaan tanah (Foth, 1994).

Kriteria untuk perbedaan antara tanah dengan dan tanpa tekstur horison B seharusnya elastis, terstruktur, dan terdrainase. Tanah yang dapat ditembus air dan memiliki struktur yang lemah dan kulit lempung yang lemah tidak seharusnyadigolongkan pada tanah Podsol Merah- Kuning kecuali perbedaan dalam tekstur antara permukaan dan horison bawah permukaan sangat kasar yang menghalangi pertumbuhan akar (Buurman, 1980).

Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah tidak hanya menyediakan unsur hara bagi tanaman, tetapi juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik berperan sangat penting di dalam menciptakan struktur tanah yang ideal bagi pertumbuhan tanaman, meningkatkan kemampuan tanah menahan air, meningkatkan kapasitas infiltrasi dan stabilitas agregat tanah dan pada akhirnya akan menurunkan aliran permukaan dan erosi (Sukarno, 1995).

Konsistensi adalah ketahanan tanah terhadap kepecahan yang ditentukan oleh sifat-sifat kohesif dan adhesif seluruh massa tanah. Jika struktur berkaitan dengan bentuk, ukuran dan kebedaan agregat tanah alami, konsistensi berkaitan dengan kekuatan dan gaya antar partikel . konsistensi itu penting untuk proses pembajakan (Soenartono, 1978)

Alfisol pada umumnya berkembang dari batu kapur, olivin, tufa dan lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga teroreh, tekstur berkisar antara sedang hingga halus, drainasenya baik. Jeluk tanah dangkal hingga dalam (Buckman, 1982).

Pada umumnya warna tanah mempunyai hubungan dengan oksida-besi yang terhidratasi relatif tidak stabil dalam keadaan lembab, maka warna merah biasanya menunjukkan drainase dan aerasi yang baik. Tanah merah sekali biasanya terdapat di permukaan yang cembung (convex) terletak di atas batuan permeabel. Meskipun demikian, ada pula tanah-tanah merah yang berasal dari bahan induknya (Darmawijaya, 1990).

D. Sifat Kimia Tanah
Sistem tanah tersusun oleh tiga fase yaitu padat, cairan, dan gas. Fase padat merupakan campuran mineral dan bahan organik dan membentuk jaringan kerangka tanah. Fase cairan yang juga disebut larutan tanah terdiri atas air dan zat-zat terlarut. Zat terlerut ini kadang berupa garam bebas dan seringkali ion dari garam-garam tersebut terikat pada lempung, bahan kolodial lainnya/zat organik terlarut. Fase gas atau udara tanah merupakan campuran dari beberapa gas. Kandungan dan komposisi udara tanah ditentukan oleh hubungan air tanah-tanaman (Tan, 1991).
Koloid tanah terdiri atas liat dan bahan organic merupakan dasar dari terjadinya penyerapan (absorbsi) dan pertukaran ion dalam tanah. Koloid liat terdiri atas mineral liat kristalan dan amorf serta mineral liat bukan silikat. Sifat koloid liat antara lain :
1. Berbentuk kristal umumnya.
2. Mempunyai permukaan yang luas karena itu relatif.
3. Bermuatan negatif karena penyerap kation.
4. Juga ada bermuatan posituf karena itu penyerap anion.
5. Menyerap dan mempertukarkan ion, serta menyerap air.
6. Mudah mengalami substitusi isomorfik sehingga bermuatan negative.
7. Merupakan suatu garam yang bersifat masam (Bailey, 1986).
Kejenuhan basa tanah berbeda-beda, tanah pada daerah kering umumnya jenuh dengan demikian akan mempinyai lebih banyak ion H+ dan Al3+ daripada tanah kering. Antara prosentase kejenuhan basa dan pH terdapat korelasi yang nyata. Menurunnya kejenuhan basa karena                              kalsium hilang (Soegiman, 1982).
Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral, kapasitas tukar kation dan basa-basanya beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada umumnya sedang hingga rendah (Buckman, 1982).
Untuk dapat mengetahui struktur tanah yang baik maka harus ada kadar kapur yang cukup didalam tanah. Keadaan tanah ini dapat dicapai jika ion Ca menduduki 80 % dari semua kation yang diikat komplek liat. Keadaan kapur yang baik adalah merupakan syarat yang penting untuk membentuk struktur tanah. Pada tanah liat yang telah kehilangan banyak kapur atau ditambah lumpur yang kekurangan kapur akan menyebabkan pH menjadi turun, karena berubah menjadi masam (Soepardi, 1979).
Bahan organik tanah adalah semua reaksi bukan mineral yang ditemukan sebagai komponen penyusun tanah. Bahan organik merupakan sisa tumbuhan atau hewan seluruhnya yang telah mengalami perombakan jasad renik hidup. Bahan organik ini terdapat dalam tanah dengan jumlah relatif sedikit yaitu 3-5 dari berat bahan dalam top soil tanah mineral yang mewakili, tetapi pengaruh terhadap sifat tanah dan kehidupan tanaman sangat penting
(Darmawijaya, 1990).
Untuk mendapat stuktur tanah yang baik maka harus ada kadar kapur yang cukup di dalam tanah. Keadaan tanah ini dapat dicapai jika ion Ca menduduki 80% dari semua kation yang diikat komplek liat. Keadaan kapur yang baik adalah merupakan syarat yang penting untuk membentuk struktur tanah. Pada tanah liat yang telah kehilangan banyak kapur atau ditambah lumpur yang kekurangan kapur akan menyebabkan pH menjadi turun, karena berubah menjadi masam (Soepardi, 1979).
Penggunaan lahan pertanian yang intensif secara langsung dapat mempercepat pelapukan bahan organik. Berkurangnya bahan organik tanah dipercepat oleh tidak dikembalikannya sisa hasil panen sebagai salah satu sumber bahan organik tanah. Bahan organik sangat penting pada tanah pertanian sehingga perlu dipertahankan dan ditingkatkan                           secara teratur (Salwati dan Yardha, 1999).

E. Analisis Lengas Tanah
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak di permukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor genetis lingkungan, yaitu bahan induk, iklim, organisme hidup (mikroorganisme dan makroorganisme), topografi, dan waktu yang sangat panjang. Tanah dapat dibedakan dari ciri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik, kimia, biologi, maupun morfologinya
(Rodriquez-Iturbe dan Amilcar, 2004).
Bahan organik dalam tanah dapat didefinisikan sebagai sisa-sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdir dari organisme yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Didalam tanah, bahan organik bisa berfungsi dan memperbaiki sifat kimia, fisika, biologi tanah sehingga ada sebagian ahli menyatakan bahwa bahan organik di dalam tanah memiliki fungsi yang tak tergantikan (Sutanto, 2005).
Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai kapasitas penyangga yang rendah apabila basah. Kemampuan tanah untuk menyimpan air salah satunya air hujan menentukan juga spesies apa yang tumbuh. Kadar lengas merupakan salah satu sifat fisika tanah untuk mengetahui kemampuan penyerapan air dan ketersediaan hara pada setiap jenis tanaman
(Anonim, 2007).
Tanah memiliki kualitas yang berbeda disetiap wilayah. Pada tahun 1994 Soil Science Society of America (SSSA) telah mendefinisikan kualitas tanah sebagai kemampuan tanah untuk menampilkan fungsi-fungsinya dalam penggunaan lahan atau ekosistem untuk menopang produktivitas biologis, mempertahankan kualitas lingkungan, dan meningkatkan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan (Agehara dan Wameke, 2005).
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air (moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu:
a. Lengas tanah (soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan.
b. Air tanah (soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap air.
c. Air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang berada ditanah bagian dalam (Handayani, 2009).
Beberapa faktor yang memepengaruhi kandungan lengas dalam tanah antara lain anasir iklim, kandungan bahan organik, fraksi lempung tanah, topografi, dan adanya bahan penutup tanah baik organik maupun anorganik (Walker and Paul, 2002).

F. Analisis pH Tanah
pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam, sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi basa. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman makanan ternak, bahkan berpengaruh pula pada kualitas hijauan makanan ternak. PH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman makanana ternak adalah antara 5,6-6,0. Pada tanah pH lebih rendah dari 5.6 pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4.0 pada umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadiaa terhambat. (Anonim, 2005).
Hubungan konsentrasi ion H+ dan ion OH- diperhitungkan dengan konsentrasi ion H+ dan dinyatakan dengan istilah pH yaitu yang ekstrim dan yang biasa. Bagi tanah mineral dan jarak antara 2 ekstrim mulai sekitar pH 3,5-10 atau lebih. Perbedaan pH di daerah lembah, nilai terendah sedikit di bawah 5 sedang nilai tertinggi di atas 7 dan di daerah kering, nilai terendah di bawah 7 dan nilai tertinggi sampai kira-kira 9 (Buckman, 1982).
Tanah latosol sifat-sifat kimianya antara lain :
a. pH 4,5 – 5
b. Zat fosfat dalam tanah laterit mudah bersenyawa dengan unsur besi dan aluminium sehingga sukar dihisap oleh tanah
c. Kadar humusnya mudah menurun karena iklim yang panas dan mudah luntur. Kadar zat kapurnya lambat laun menurun sehingga tanahnya menjadi lebih masam (Kartasapoetra, 1991).
Pemberian kapur menaikkan kadar pH, kadar Ca, dan beberapa hara lainnya, serta menurunkan Al, kejenuhan Al, juga memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Pemberian kapur yang menyebabkan sifat dan cirri tanah membaik, meningkatkan produksi tanaman (padi, jagung, kedelai, kacang tanah). Tanah- tanah yang pengapurnya berlebihan menimbulkan masalah- masalah yang merugikan yang berhubungan dengan definisi seng, besi, boron, dan tembaga atau meningkatkan molibaenum (Bailey, 1986).
Kandungan dari pertukaran aluminium sangat tergantung pada pH: polimerisasi dari Al(OH)3  meningkat bersama peningkatan pH dan jumlah pertukaran menurut sebagai hasilnya, meskipun jumlah seluruh Al dalam tanah tidak perlu diubah. Walaupun pengukuran pH pada kenyataannya tidak cukup akurat, kemunduran antara pertukaran aluminium dan pH KCl yang diperhitungkan untuk beberapa jenis tanah (Buurman, 1980).

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 1993. Survai Tanah dan evaluasi Lahan. Jakarta: Penebar Swadaya
Agehara, S and, D.D. Warncke.2005. Soil moisture and temperature effect on         nitrogen release from organic nitrogen source. Soil Science Society of       America Journal 69
Anonim. 2005. pH Tanah. http://balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 9 November 2011
Anonim. 2007. Kadar Lengas Tanah.http://www.misouryuniversity.com. Diakses pada tanggal 9 November 2011
Bailey, Harry H. 1986. Dasar- dasar Ilmu Tanah.. Lampung: Universitas Lampung
Buckman, Harry O. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bharata Karya Aksara
Buurman, P. 1980. Red Soils in Indonesia. Wageningen: Centre for Agricultural Publishing and Documentation
Darmawijaya, M. Isa. 1990. Klasifikasi tanah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Foth, Henry D, 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Erlangga
Handayani, S. 2009. Panduan Praktikum dan Bahan Asistensi Dasar-dasar Ilmu    Tanah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Kartasapoetra, G, 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT. Melton Putra
Kartasapoetra. 1992. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT Rineka Cipta
Munir, Moch. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen P dan K
Rodriquez-Iturbe, I and, P. Amikar. 2004. Ecohydrology of water-controlled          ecosystem: Soil Moisture and Plant Dynamics. London: Cambridge University Press
Salwati dan Yardha. 1999. Pengaruh Kelembaban Tanah dan Waktu Inkubasi Pupuk Kandang terhadap Sifat Kimia Tanaman Bertekstur Liat dan Serapan N Tanaman Jagung. Dalam Jurnal Agrista volume III (3) : hal 221
Sanchez. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Bandung: ITB
Sarwono. 1987. Survai Tanah dan Evaluasi Lahan. Jakarta: Penebar Swadaya
Soegiman.1982. Ilmu Tanah. Bogor: IPB
Soenartono. 1978. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Erlangga
Soepardi, G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: IPB
Sukarno, Gatot. 1995. Pengaruh Pola Tanaman dan Penambahan Bahan Organik terhadap Aliran Permukaan, Erosi dan Perubahan Beberapa Sifat Fisik Tanah. Dalam Agrijounal
Sutanto, R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius
Sutarman.1993. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Bharata Karya Aksara
Tan, Kim H. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Yogyakarta: UGM Press
Thomson, Louis M. 1979. Soil and Soil Fertility. New Delhi: Tata Mcgraw Hill Publishing Company
Thomson, Louis M. 1979. Soils and Soil Fertility. New Delhi: McGrawHill Publishing Company
Walker, J.P and ,R.H. Paul.2002. Evaluation of the Ohmmapper instrument for soil measurement. Soil Science Society of America . Journal, Vol 66

0 komentar:

Posting Komentar