PENDAHULUAN
Peran pemuda bukan hanya penting untuk dirinya sendiri pada masa sekarang tetapi juga sangat penting untuk membangun masa depan bangsa (generasi yang akan datang) agar lebih berkualitas dalam segala bidang. Kalau kita ingin mengetahui bangsa masa depan maka lihatlah pemudanya (Ali r.a) . berikan sepuluh pemuda kepadaku untuk mengubah dunia (Ir. Soekarno). Kita tidak dapat mengubah masa depan pemuda, tetapi kita dapat mengarahkan, membina hari ini demi masa depan mereka. Kalau kita ingin tahu maju mundurnya kita tahun 2020 lihatlah peran pemuda kita hari ini, keruntuhan pemuda adalah keruntuhan kita - keluarga, masyarakat dan bangsa.
Menurut pandangan Psikologi Humanistik hal tersebut diperlukan aktualisasi seoptimal mungkin demi kemajuan diri dan bangsanya. Apologi dengan besarnya jumlah penduduk dari kalangan pemuda, maka pemuda merupakan sumber daya manusia (human resources) yang sangat potensial bagi kemajuan bangsa dan negara - tentunya akan berimplikasi terhadap masyarakat dan keluarga khususnya.
Banyak pula pemimpin yang sering mengatakan bahwa pemuda merupakan agen perubahan (agent of change). Pemuda menjadi cakon penerus bangsa yang akan membawa bangsa ini menuju kebaikan atau mungkin kehancuran. Pemuda Islam diharapkan menjdai pemuda yang tangguh dan mampu berjuang di jalan dakwah untuk menegakkan Islam di era sekarang ini.
Masyarakat memerlukan pemuda yang mampu mengatasi masalah di era globalisasi yang serba bebas ini. Di Indonesia yang terkenal adat ketimuran kurang bisa mengatasi efek dari gobalisasi yang membawa kebebasan untuk melakukan sesuatu. Emuda banyak yang terjerumus mengukuti perkembangan zaman yang serba bebas dan mulai jauh dari Al Qur’an dan Al Hadis yang merupakan sumber hukum Islam.
ISI
“Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Ibrahim kepandaian sejak dahulu (sebelum mencapai remajanya) dan Kami lenal kemahirannya. Ketika dia berkata:’Sungguh kalian dan bapak-bapak kalian dalam kesesatan yang nyata’. Mereka menjawab:’ Apakah engkau membawa kebenaran kepada kami, ataukah engkau seorang yang bermain-main sahaja? Dia berkata: Tidak! Tuhan kamu adalah yang memiliki langit dan bumi yang diciptakan oleh-Nya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu”. Qs. Al Anbiyaa:51-56.
Ayat di atas menerangkan bahwa Nabi Ibrahim sudah mulai berdebat dengan kaumnya saat dia masih remaja. Perlu ditekankan bahawa para Nabi a.s itu hanya diutus untuk mengubah keadaan, sehingga setiap Nabi yang diutus adalah orang-orang terpilih dan hanya daripada kalangan pemuda (syabab) sahaja. Bahkan kebanyakan daripada pengikut mereka daripada kalangan pemuda juga (meskipun begitu ada juga pengikut mereka itu terdiri daripada mereka yang sudah tua dan juga yang masih kanak-kanak. “Ashabul Kahfi”, yang tergolong sebagai pengikut nabi Isa a.s adalah sekelompok adalah sekelompok anak-anak muda yang usianya masih muda lagi yang mana mereka telah menolak untuk kembali keagama nenek moyang mereka yakni menyembah selain Allah. Disebabkan bilangan mereka yang sedikit (hanya tujuh orang), mereka telah bermuafakat untuk mengasingkan diri daripada masyarakat dan berlindung di dalam sebuah gua.
Fakta ini diperkuatkan oleh Al-Quran di dalam surah Al-Kahfi ayat 9-26, diantaranya: “(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat perlindungan (gua) lalu berdoa: ‘Wahai uhan kami berikanlah rahmat depada kami dari sisi-Mu dan tolonglah kami dalam menempuh langkah yang tepat dalam urusan kami (ini) (10)…Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad saw) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka (Sang Pencipta) dan Kami beri mereka tambahan pimpinan (iman, taqwa, ketetapan hati dan sebagainya) (13).
Junjungan kita Nabi Muhammad saw diangkat menjadi Rasul tatkala baginda berumur 40 tahun. Pengikut-pengikut baginda pada generasi pertama kebanyakannya juga daripada kalangan pemuda, bahkan ada yang masih kecil. Usia para pemuda Islam yang dibina pertama kali oleh Rasulullah saw di Daarul Arqaam pada tahap pembinaan, adalah sebagai berikut: yang paling muda adalah 8 tahun, iaitu Ali bin Abi Thalib dan Az-Zubair bin Al-Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, 11 tahun, Al Arqaam bin Abil Arqaam 12 tahun, Abdullah bin Mazh’un berusia 17 tahun, Ja’far bin Abi Thalib 18 tahun, Qudaamah bin Abi Mazh’un berusia 19 tahun, Said bin Zaid dan Shuhaib Ar Rumi berusia dibawah 20 tahun, ‘Aamir bin Fahirah 23 tahun, Mush’ab bin ‘Umair dan Al Miqdad bin al Aswad berusia 24 tahun, Abdullah bin al Jahsy 25 tahun, Umar bin al Khathab 26 tahun, Abu Ubaidah Ibnuk Jarrah dan ‘Utbah bin Rabi’ah, ‘Amir bin Rabiah, Nu’aim bin Abdillah, ‘ Usman bin Mazh’un, Abu Salamah, Abdurrahman bin Auf dimana kesemuanya sekitar 30 tahun, Ammar bin Yasir diantara 30-40 tahun, Abu Bakar Ash Shiddiq 37 tahun. Hamzah bin Abdul Muththalib 42 tahun dan ‘Ubaidah bin Al Harith yang paling tua diantara mereka iaitu 50 tahun.
Malah ratusan ribu lagi para pejuang Islam yang terdiri daripada golongan pemuda. Mereka memperjuangkan dakwah Islam, menjadi pembawa panji-panji Islam, serta merekalah yang akan kedepan menjadi benteng pertahanan ataupun serangan bagi bala tentera Islam dimasa nabi ataupun sesudah itu. Mereka secara keseluruhannya adalah daripada kalangan pemuda, bahkan ada diantara mereka adalah remaja yang belum atau baru dewasa. Usamah bin Zaid dianggat oleh Nabi saw sebagai komander untuk memimpin pasukan kaum muslimin menyerbu wilayah Syam (saat itu merupakan wilayah Rom) dalam usia 18 tahun. Padahal diantara prajuritnya terdapat orang yang lebih tua daripada Usamah, seperti Abu Bakar, Umar
Kisah-kisah diatas memberikan contoh bahwa seorang pemuda dapat mengatasi masalah pada masanya. Kita para pemuda di zaman yang mungkin hampir sama keadannya seperti zaman dahulu seharusnya bisa menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat. Karena para pemuda merupakan calon penerus bangsa dan para pemuda masih mempunyai semangat yang tinggi jika dibandingkan dengan orang yang sudah tua.
Pemuda seharusnya menjadi oran yang berada digaris depan untuk menegakkan agama Allah. Pemuda yang ingin menjadi berguna dan ingin menjadikan masyarakat menjadi lebih baik tidak mungkin melakukannya jika dia tidak mempunyai ilmu, maka sala satu cara agar kita dapat menjadikan masyarakat lebih baik dengan mencari ilmu. Ilmu yang kita dapatkan tidak akan berguna jika kita tidak mengamalkannya, maka selama kita mencari ilmu kita juga harus mengamalkan ilmu tersebut agar berguna untuk orang lain.
Selain itu, kita juga harus berdakwah di jalan Allah agar tidak semakin banyak para pemuda terjerumus dalam pemikiran yang seperti kaum barat yang serba bebas. Dakwah dapat menjadi sarana mencari ilmu dan juga mengamalkan ilmu. Dakwah juga dapat menjadikan masyarakt sekarang lebih mengerti tentang agama.
KESIMPULAN
Para pemuda zaman dahulu menjadi pemimpin-pemimpin yang hebat, dan ada kemungkinan juga pemuda di zaman sekarang juga dapat menjadi pemimpin yang hebat. Kita harus dapat mengambil hikmah dari kisah-kisah para Nabi dan penerusnya dalam menegakkan agama Allah, karena dengan hal itu kita akan sadar bahwa pemuda dapat melakukan banyak hal, termasuk membawa perubahan di era sekarang ini.
Untuk membawa perubahan tidak mungkin kita melakukannya tanpa memiliki ilmu, maka kita harus mencarilmu agara kita dapat mengamalkan ilmu tersebut. Dakwah merupakan salah satu jalan mencari ilmu dan mengamalkan ilmu. Dengan berdakwah kita juga dapat menjalin silaturahim dengan banyak orang dan akan semakin bertambah pula orang yang berjalan di jalan dakwah.
0 komentar:
Posting Komentar